Selasa, 17 Juni 2008

Tuban Kota Tua

Kabupaten Tuban terletak pada 111’30”-112’35’ Bujur Timur (BT) dan 6’40’-7’ 18’ Lintang Selatan (LS). Dan berada pada wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah.
Usia Tuban telah mencapai tujuh ratusan tahun lebih. Dalam sejarah-sejarah kota/kabupaten di Nusantara, boleh jadi Tuban tergolong sebagai “Kota Tua”. Dibandingkan dengan sejumlah kota atau kabupaten lain di Indonesia, usia yang telah melebihi tujuh ratus tahun lebih itu terbilang jauh diatas rata-rata usia kota di negeri ini. Bahkan lebih sepuh dibanding usia Kota Surabaya atau Jakarta.
Sebuah catatan sejarah menyebutkan, nama Tuban bahkan telah dikukuhkan sekitar dua puluh tahun sebelum pengakuan resmi Kerajaan Majapahit terhadap Kadipaten Tuban, yang melantik Raden Arya Ronggolawe sebagai Adipatinya (1293 M), sedang “Proklamatornya” Kakek Adipati Tuban sendiri, Ki Ageng Papringan alias Raden Arya Dandang Wacana.
Raden Arya Dandang Wacana menamakan kawasan yang dibangunnya “Tuban”. Waktu itu menyebut “TUBAN” diambil dari kata “meTU – BANyune”. Kawasan atau kampung yang dipimpin Ki Ageng Papringan berada di pesisir pantai, yang susah untuk mendapatkan air tawar. Secara perlahan, kampung atau daerah tepian pantai di atas, berkembang dan tumbuh menjadi kota kecil.
Catatan sejarah lain menyebutkan bahwa cikal bakal Tuban telah ada jauh sebelum tahun kelahiran sebagaimana yang diperingati saat ini. Dalam sejarah Lamongan, bahwa tahun 1041 M, Prabu Airlangga melakukan perjalanan dari ibu kota Kerajaan Kahuripan menuju Pelabuhan Kambang Putih, dimana pelabuhan tersebut ditengarai Pantai Boom Tuban. Sedang catatan tahun 1041 M dibuktikan dari petilasan Prabu Airlangga ketika beristirahat di Desa Pamotan Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.
Pada saat itu Kambang Putih ditetapkan sebagai Pelabuhan antar negara, sedang Canggu, yang berada di tepi Sungai Brantas dimanfaatkan Prabu Airlangga sebagai Pelabuhan antar pulau. Prabu Airlangga memerintahkan Kerajaan Kahuripan dari tahun 1019-1042 M, membangun “Negeri” dari reruntuhan Kerajaan Medang akibat serangan lawan.
Sejarahpun memberikan petunjuk, bahwa sepanjang masa pra kolonial, Tuban mempunyai peranan gemilang sebagai Bandar dagang interinsulair maupun internasional, disamping mempunyai letak strategis maritim, yang yang berulang kali oleh Sejarah dibuktikan kembali (Tentara Ekspedisi Kubilai Khan mendarat di wilayah Tuban, Tentara Jepang pada permulaan Perang Dunia ke II dan Tentara Kolonial Belanda pada Perang Kemerdekaan yang pertama mendarat juga di Tuban).
Menggali dan melestarikan Sejarah Kabupaten Tuban (Bumi Ronggolawe), memang sangat diperlukan dalam meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Selain sejarah, budaya dan pariwisata, Kabupaten Tuban juga dikenal sebagai pintu masuknya Agama Islam di Pulau Jawa.
Selain dikenal sebagai Kota penuh sejarah, Tuban memiliki potensi-pontensi Wisata, Budaya dan Sejarah yang luar biasa. Nilai Historis yang terus melekat, pemandangan yang indah, keberagaman budaya, kemajuan perkembangan kota dan lain sebagainya.